3 Destinasi Wisata Yang Meninggalkan Kesan

" Kemana kaki melangkah pada akhirnya akan rindu pulang."

Salah satu quote yang sering berseliweran di medsos. Sejauhnya ku melangkah pada akhirnya aku rindu kembali. Ada beberapa tempat pernah jadi tujuan liburan buat refreshing dan berhenti sejenak dari rutinitas pekerjaan dan urusan dapur.Semua destinasi wisata mempunyai cerita dan meninggalkan kenangan. Dari semuanya, ada beberapa tempat yang meninggalkan kesan mendalam dan membuka cakrawala pengetahuan budaya baru bagi anakku. Salah satuya saat berkunjung ke Pulau Ternate akhir tahun 2019. Selain itu Probolinggo, Lumpur Lapindo Sidoarjo.



1. Ternate



Liburan akhir tahun lalu sungguh berkesan bagi anak-anak maupun   diriku. Karena inilah pertama kalinya anak-anak liburan ke Indonesia Timur. melalui penerbangan dengan transit di Manado dan Makasar sebelum ke Ternate.

Waktu berangkat kami bertiga transit di Manado, dengan jagka waktu 1 jam harus melapor check in dan ganti pesawat. Kami sempat playon dan menahan lapar agar tak ketinggalan pesawat. Sedangkan pulangnya dari  Ternate-Surabaya, transit di Makasar selama hamir 5 jam. Bingung mau ngapain. Sempat punya ide mau jalan-jalan Mall  dekat Bandara. Ternyata mahal di ongkos taxi. PP bisa 200 ribu. Ahahahaha... dasar Simbok hemat alias dompet tipis. Akhirnya nggak jadi jalan-jalan ke Mall dekat Bandara.  Mending nunggu dan jalan-jalan di sekitar Bandara sambil menunggu pesawat berikutnya. Bosan ? Tentu saja, kami hanya ngopi di Alfamart Bandara sambil mainan medsos. Makan siang pun juga di Bandara. Anak-anak beli nasi bebek, Simbok cukup POP mie di Alfamart.

Selain pengalaman seru di atas, masih ada keseruan yang tak Saya dapatkan di tempat lain ketika main ke pantai di sore hari. Tepatnya di Pantai Taman Nukila Ternate.  Selain itu ada masjid Al Munawwar Ternate, dibangun di atas laut. Setiap sore di dekat masjid dan di Taman Nukila Ternate, anak-anak mandi dan bermain dengan riang tanpa beban. mereka bikin atraksi sendiri, lomat dari ketinggian, salto lalu menyelam.

Di Taman Nukila pula Saya  bertemu dengan kakak tingkat waktu kuliah di Universitas Pattimura setelah 25 tahun tak berjumpa. Namanya Mbak Wiwik, kami sudah bagai saudara. Rasanya seneng banget setelah sekian lama tak bertemu. Kami melepas rindu duduk di tepi pantai, lalu minum wedhang Guraka.
wedhang guraka sebearnya wedhang jahe lalu diberi cacahan kenari. Rasanya pedas manis.

Wedhang Guraka
Wedhang Guraka

Saya ini penggemar blusukan ke pasar, tak lupa saat di Ternate sempat mampir ke pasar tradisional Higienis Ternate. Ternyata cara berjualan  barang selain ditimbag juga per tepat gitu. Ikannya segar-segar. Terutama cakalang asapnya juara. enak banget. Sayang tak bisa Saya bawa ke pesawat karena ransel sudah penuh kue kenari.

2. Pulau Gili Ketapang Probolinggo


Pantai Gili Ketapang Probolinggo

Pulau Gili Ketapang, menuju ke pulau ini harus menyebrang dengan perahu. Di pantai Gili Ketapang inilah pertama kalinya anak-anak menyelam. Padahal anak-anak ini jarang main air bahkan bisa dibilang anak-anak kurang pandai berenang .  Sebenarnya Saya agak khawatir, karena anak-anak didampingi Pak Yudhi beliau bisa berenang dan mendampingi anak-anak dengan sabar. Rasa khawatirku hilang dan bismillah saja . Indahnya terumbu karang dan indahnya ikan hias mengalahkan rasa takut anak-anak pada air. Mereka juga pakai pelampung. Dan ini merupakan suatu kebahagiaan seorang Ibu ketika anaknya mulai mengalahkan rasa ketakutan akan phobia air karena pernah belajar berenang dan hampir tenggelam.

3. Lumpur Lapindo Sidoarjo

Saya memilih Lumpur Lapindo sebagai destinasti yang berkesan. Sebenarnya ya hanya bekas uapan lumpur yang sampai sekarang belum berhenti. Luapan lumpur Lapindo terjadi sejak 26 Mei 2006. Menenggelamkan beberapa desa. Gara-gara lumpur Lapindo, malah jadi destnasi wisata di Sidoarjo.

Membuatku terkesankarena di tahun 2014 tepatnya akhir bulan Desember . Saya membonceng Ibu mertua ke lumur Lapindo dengan mengendarai motor Supra. Padahal usia Ibu mertua saat itu 69 tahun. Kok ya manut saja Saya bonceng naik ke tanggul bahkan Ibu kelihatan bahagia bercerita dengan penjaja DVD lumpur Lapindo. Ah sekarang Ibu sudah tenang di sisi Allah. kenangan manis saat berboncengan sepeda motor dari Rumahku ke Lumpur Lapindo sekarang hanya sebuah pemanis cerita buat anak cucunya. 

Tapi ke mana pun Saya pergi, selalu saja pengin segera pulang. Seberapa pun empuknya kasur hotel dan penginapan, tak seindah  menikmati pulau kapuk di rumah sendiri.

4 comments:

  1. Huwaaaa kangen mudik huhuhu.
    Kangen bandara Makassar, setiap mudik, kami pasti transit sejam waktu mudiknya dan transit berjam-jam waktu baliknya.

    Tapi kami selalu hanya puas dengan nge dunkin donat Mba, takut ke mana-mana, kalau ketinggalan pesawat juga ngehek hihihi.

    Btw, Ternate itu mirip-mirip Manado dan sekitarnya ya :D
    Guraka itu juga sama di sana nyebutnya gitu, cuman saya baru ngeh kalau di sana juga kenal kata wedhang (maklum dulu saya 5 tahun ninggalin Sulut).

    Dan itu cabe dan jeruk serta tomatnya, sunggu mengingatkan saya akan kampung halaman, ciri khas Sulawesi itu mirip-mirip dengan hampir semua daerah Indonesia Tengah dan Timur :D

    Btw, Gili Ketapang itu di Probolinggo ya? kirain Madura dong Mba hahaha.
    Sering banget dengar tentang Gili Ketapang ini, cuman bagi mamak cemen kayak saya, takut banget kalau nyebrang naik kapal kecil, apalagi kudu nyelam di air laut, saya trauma, dulu pernah main air di pantai, terus pipi saya kayaknya ke ubur-ubur atau apa gitu, langsung menghitam donggg, untungnya bisa hilang bekasnya, padahal dulu tuh hitamnya melebar gitu kek tompel :D

    Kalau lumpur Lapindo juga kami suka ke sana Mba, terakhir tahun 2016 kayaknya :D
    Takjub banget liat hamparan lumpur sejauh mata memandang.
    Masih ingat banget rasanya awal lumpur menyembur, waktu itu saya sempat ke sana dan melihat sumber semburannya, dan masih ada jalan tol nya.
    Eh nggak lama kemudian, lumpur bahkan menghilangkan semua rumah yanga da di sekitarnya termasuk jalan tol.

    ReplyDelete
  2. Memang Gili Ketpang pulau kecil, penghuninya kebanyakan orang Madura . Katanya memang dekat jjuga dari Madura

    ReplyDelete
  3. Kalau lumpur Lapindo, ya Allah.. sungguh banyak kenangan. Hahaha.
    Sebenernya, kenangannya itu, kenangan karena macet disampai bus. Lha gimana, pulang dr Malang ke Gresik, kena macet. Dari Pasuruan ke Gresik, macet sampai 8 jam sendiri. Walah.. tapi seru sih. Pengalaman yang ngga mungkin terulang lagi

    ReplyDelete
  4. pengalaman travellingku masih cetek banget. terkendala waktu dan biaya. tapi setelah membaca tentang ternate, jadi beneran pengen ke sana. pantai di Indonesia timur katanya memang berbeda. bersih dan indah. semoga suatu saat punya kesempatan untuk travelling ke Indonesia timur. makasih mbak setidaknya punya bayangan tentang ternate.

    ReplyDelete