Sepak Paving

"aku nggak mau mandi sore ini."Lantip tiba-tiba masuk dari main.
"Lah  kenapa?"
"aku nggak mau mandi titik nggak kenapa-kenapa. aku masih asyik dengan setrikaanku. Lantip menuju kamar mandi, aku kira mandi ternyata setelah aku tengok hanya cuci kaki aja.Tapi duug, apa itu yang meleleh merah di lantai kamar mandi?Jantungku serasa berhenti berdetak sesaat ketika melihat lelehan merah dari kakinya.
Langsung aku ambil handuk,  aku bekapkan di luka kaki anakku yang menganga. Sebenarnya nggak tega. Juga .

Begitu aku bekap dan bersihkan luka itu dengan handuk, darah mulai berhenti lantip langsung menyadarkanku,:"mama, ambil minyak putih yang asli dari Ambon itu ma. Cepaaat. Sekalian kapasnya."
Lantip masih memegangi kakinya , aku mengambil kayu putih di kotak obat. sekalian kapas. kemudian minyak putih aku tuang di kapas dan aku totolkan di kakinya.

 Tapi Lantip nggak sabar, segera diguyurnya kaki dengan kayu putih itu.tanpa merasa kesakitan sedikit pun, sedang mama yang melihat luka menganga itu hampir saja menjatuhkan air mata. Oalah le, andaikata luka itu bisa ditukar.Huhu....

"tadi aku mau menyepak bola, nggak tahunya kena paving.Makanya aku nggak mau mandi takut sakit."
Aku memeluk dan mengelus rambutnya, "makanya tadi mama sudah bilang, nggak usah main dulu,besok kan UTS.Baca buku atau main game di rumah aja."
Pecahlah tangislah, ketika ingat besok UTS, kakinya sakit.
"tadi nggak nangis sekarang kenapa baru sekarang nangisnya?"
""Besok aku nggak mau sekolah, gimana pakai sepatunya. jempol bawahku sobek gini,huhu..."isaknya
"Kalau mau nagis yang keras sekalian jangan ditahan. kalau itu bikin kamu lega."
Dipeluknya punggungku dan semakin keras tangisnya.
'besok mama gendong yo nggak papa, pas di sekolah. asal kamu nggak bolos sebab besok UTS."

"kenapa tadi pas aku main bola nggak melarang dan memanggilku, sekarang jadi gini."
"Oke mama minta maaf mama salah."masih ngelus-ngelus rambut dan kipasi lukanya.
Ow,ow,ow
Kenapa mama yang salah?

Setelah puas menumpahkan kekesalannya akhirnya tertidur dalam pelukanku. Sedangkan mama hanya bisa teteskan air mata lihat luka karena tak tega.

Dari peristiwa ini aku belajar dari Lantip, aku harus lebih tegas dalam menegurnya. Dan aku salut dengan cara yang tidak panik saat menghadapi masalah tapi langsung sigap apa yang harus dilakukan. Seangkan mama hanya bisa termenung dan asyik dengan pekerjaannya. Tanpa sadar air mata ini melelh kembali. Alhamdulillah anakku sudah mulai tumbuh mandiri yang biasanya tergantung padaku.

kembali aku cium keningnya yang malam ini tidur dengan lelap, masih dengan titik air mata bahagia.


No comments:

Post a Comment