Falsafah Mikul Duwur Mendhem Jero Di Keluarga



Saat dibagikan kaos dalam pertemuan keluarga besar, tertera tulisan Mikul Dhuwur Mendem Jero. Falsafah ini sebaiknya ditanamkan dalam keluarga. Tularkan nilai keluhuran ini pada anak - anak.  Di keluarga Saya, dijadwalkan setahun sekali kumpulan keluarga dari pihak Eyang Kakung. Hal ini dilakukan agar selalu terjalin silahturahmi. Kebetulan Bapak merupakan anak Mbarep, walau Bapak sudah tiada, kumpulan ini selalu dijadwalkan untuk menjalin keakraban dan agar tidak kepathen obor. (putusnya silturahmi atau tak kenal kerabat)


Hingga saat pertemuan, salah satu Om Saya menjelaskan arti falsafah itu. Mikul artiya mengangkat, dhuwur maksudnya tinggi. Jadi mikul dhuwur maksudnya angkat derajat keluarga tinggi-tnggi dengan menceritakan hal yang baik. Sedangkan mendhem = tanam, jero berarti  dalam . Mempunyai maksud simpanlah aib keluarga sebaik mungkin. Yang diceritakan saat berkumpul hanya kebaikan saja, tutupi aibnya keluargamu.

Tentu saja menutupi aib dalam sebuah keluarga untuk menjaga harkat dan martabat keluarga. Jika kau ingin dihormati maka hormatilah orang lain. Jika ingin disayangi dan dicintai, maka kita sebaiknya juga menyayangi orang lain. (eh tapi jangan sampai menyayangi suami orang lain ya 😀. Naudzubillahmindzalik).
Lalu bagaimana agar kita dicintai dan disayangi orang lain  ? Maka tanamkanlah kebaikan walau itu hanya sebesar biji sawi.

Lalu apakah menyimpan aib keluarga selamanya akan menjunjung harkat martabat kita? Bagaimana kalau kita cerita aib ke orang lain? Menurut pendapat Saya, sah saja menceritakan aib diri sendiri atau keluarga pada seseorang yang dipercaya untuk mendapatkan solusi bukan untuk dijadikan bahan gunjingan.

 Falsafah "mikul dhuwur" memang cocok untuk mengajarkan bagaimana cara kita menyikapi ketika berkumpul dengan keluarga. Kalau yang diceritakan tentang kebaikan atau keberhasilan, siapa tahu bisa memicu anak-anak untuk semakin semangat untuk mencapai kesuksesan dalam hidup.

 Dengan kita belajar menutupi keburukan atau kejelekan keluarga diharapkan kita tetep bisa saling guyub rukun dan saling mensupport antar  keluarga. Contoh kecil menceritakan keburukan misalnya dalam sebuah kumpulan keluarga :suka ngupil atau kakinya bau karena kaos kaki jarang dicuci, hal ini saat berkumpul, tak usahlah diceritakan. Daripada diceritakan malah jadi bahan bullying. Mungkin hanya sekdar guyon tapi kalau tiap kali berkumpul diceritakan kan menjadikan anak jadi minder.hehehehehe.

Tutuplah aibmu dan junjunglah kebaikan demi menjaga kehormatan dan martabat keluarga. Mikul Dhuwur mendem Jero. Ciao..permisi tabik semoga bisa selalu menjaga falsafah ini.


2 comments:

  1. Berarti selama ini aku salah tafsir y Bun,
    Yang saya tau malah seperti mikul duwur=mengangkat orang yang kita sayangi pada saat terakhir(meninggal)
    Mendem Jero=menguburnya
    Yang kalo menurut tafsiranku seperti memberikan atau membantu untuk terakhir kalinya

    ReplyDelete
  2. Mikul Duwur, Mendem Jero adalah falsafah yang cukup tenar saat aku masih kecil, hampir orang tua jawa pasti mengajarkan anaknya untuk mengikuti falsafah tsb, sehingga apa yang ada dipermukaan itu yang bagus bagus saja, atau istilahnya sekarang Jaim (jaga image)
    dah segitu aja dulu

    ReplyDelete