Berkunjung Ke Kedaton Kesultanan Ternate

Kesultanan Ternate

Mengunjungi kota Ternate Maluku Utara, jangan lupa mampir ke kedaton Kesultanan Ternate. Letaknya tak jauh dari Bandara Sultan Baabullah dan dari Terminal Angkot Gamalama. Kalau dari Bandara Baabulah sekitar  30 menit perjalanan naik mobil. Sedangkan dari Terminal Gamalama sekitar 15 menit saja.


Bentuk bangunan Kesultanan Ternate, segi delapan seperti bentuk Singa yang sedang mencengkeram.Menurut Wikipedia, esultanan Ternate, merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia . Selain Ternate,  kerajaan Islam di Maluku lainnya adalah Tidore, Jailolo dan Bacan.

Kesultanan Ternate diapit leh Gunung Gamalama dan di depannya terbentang lautan. Ketika berada di bagian teras terlihat pemandangan laut terbentang luas dan alun-alun kota Ternate.


Sempat kecelek alias zonk pas kunjungan hari pertama, Kedaton tutup. Oleh penjaga gerbang boleh masuk dan foto-foto di halaman. Keraton tutup lebih awal karena akan ada upacara adat sore harinya. Masih  penasaran dengan Keraton Ternate terutama dengan mahkota rajanya yang terkenal , esoknya Saya kembali. Saat di gerbang disambut oleh penjaga berkursi roda. 

Lalu diarahkan ke Pendopo menemui petugas dan disuruh mengisi buku tamu. Saya dan anak-anak diantar Bapak Mustofa mengelilingi area Keraton. 

Di pendopo ada lambang Lima Gapi, patung seperti burung Garuda berkepala dua, Dari sisi bentknya dua kepala goheba menandakan ajaran keseimbangan antara dunia dan akhirat. Sayap yang turun lambang sikap hidup yang merangkul semua manusia yang berlainan ras, suku, agama dan golongan.
4 susunan jambul melambangan 4 ayat Alquran, surat al Ikhlas
5 bulu sayap besar melambangkan himbauan untuk sholat 5 waktu.
7 bulu sayap kecil melambangkan 7 ayat surat Al fatihah
8 bulu ekor melambangkan keseimbangan hidup.


Lambang Kesultanan Ternate

Saya melanjutkan masuk ke ruangan tengah ditemani Pak Mustofa sambil mendengarkan penjelasannya. Saat memasuki ruangan tengah, aroma daun pandan menguar ke seluruh ruangan. Aroma mistis mulai terasa.Di hadapan Saya  terhampar meja panjang dengan irisan daun pandan di atasnya. Oh jadi aroma yang menguar tadi sumbernya dari sini.  Ruangan  yang Saya masuki berisi koleksi alat-alat makan seperti mangkok dan piring, hadiah dari Kerajaan Belanda serta Eropa. Koleksinya disimpan di dalam 2 lemari jati besar. Selain itu terdapat beberapa foto bangunan lama kedaton Ternate dan Foto masjid keraton ditempel di dinding.
koleksi perlengkapan makan di kesultanan ternate

Saya pun diajak ke ruangan berikutnya dimana terdapat koleksi senjata, replika baju Sultan Ternate yang terbuat dari batang pisang, meja rias. Di sini yang menarik ada Alquran ditulis dengan tangan, katanya Alquran ini pernah dibawa dan dibacakan saat festival Alquran pertama di masjid Istiqal Jakarta. Alqurannya sudah berubah warna bahkan ada beberapa yang sudah robek dimakan usia.
Alquran ditulis tangan di Kesultanan Ternate

koleksi baju sultan ternate


Niat pertama ingin melihat mahkota raja, menurut kabar yang beredar, mahkota raja  selalu tumbuh rambut di belakang. Menurut cerita warga sekitar, mahkota raja ini, bisa menentukan siapa yang akan jadi raja berikutya. Kalau mahkota dipakai anak raja berikutnya  belum pas, maka belum ada pengangkatan Raja. Mitosnya kalau lingkar kepalanya tidak muat dengan mahkota. Maka dikhawatirkan Raja tidak akan bijaksana dalam memimpin.

Niat mau melihat langsung mahkota raja tidak telaksana, ternyata mahkotanya disimpan di ruangan khusus dan Saya hanya puas melihat foto Sultan terakhir Mudaffar Syah sedang mengenakan mahkotanya.

 Di dalam ruangan ini juga terdapat meja putih di tengah, di atas meja terdapat 3 mangkok besar bersi air dan bunga, m2 mangkok kecil dan 2 jar gitu. Katanya kalau setiap Selasa dan hari Kamis, para tetua adat setelah dari makam Sultan, mereka akan berdoa dan membaca surat Yassin di depan meja ini. 

Sultan terakhir Kesultanan Ternate sudah wafat sejak 2015 dan sampai sekarang belum ada penggantinya. Yang menempati kesultanan Ternate sekarang adalah anak bungsu Sultan.


Setelah puas berkeliling dan fefotoan di dalam Kedaton Kesultanan Ternate,  Saya pun pamit. Tapi Pak Mustofa berbisik, "Bu berikan ala kadarnya uang di bejana yang tertutup kain putih itu."
Saya hanya ngikut saja, masukkan uang kemudian pamitan. Sebelum pulang pak Mustofa menawarkan untuk memfotoku di bawah tanda keberkahan di pintu depan, yang menghadap ke lautan.

No comments:

Post a Comment