Batik Karya Penghuni Eks Lokalisasi Gang Dolly di Susur Kampung Bersama Pendidik Pancasila


Susur kampung eks lokalisasi Dolly bersama pendidik pancasila

Lagu Indonesia Raya 3 stanza membuka acara Susur Kampung Pendidik Pancasila. Ruang Pertemuan Antara Pendidik Pancasila, Penggiat Kampung, Komunitas dan Jejaring, diselenggarakan pada tanggal 29 Februari di salah satu hotel Surabaya. Walau kami dari beragam profesi, kami merasa satu tujuan menyerap ilmu dan saling berbagi. 

Belajar angklung untuk berbagi belajr angklung di pesantren eks lokalisasi Dolly

Ada sesi dimana kami diajari bermain musik angklung oleh Pak Hanafi. Pak Hanafi merupakan salah satu peserta dari Malang. Beliau adalah penggiat musik angklung di Malang. Inilah kali pertama, Saya memegang angklung. Belajar memegang bahkan memainkannya hingga menjadi musik yang harmonis mengiringi lagu Tanah Air. 

Kami belajar dari simbol tangan untuk membunyikan nada angklung, pertama ya agak grotal gratul menyinkronkan simbol tangan dan bunyi nada. Di sini Saya jadi tahu arti kekompakan dan keselarasan,gotong royong untuk mendapatkan sebuah iringan musik yang indah.Seperti yang tercantum dalam nilai pancasila yaitu semangat gotong royong, kekompakan, dan saling menghargai .

 Susur Kampung Putat Jaya - Dolly Surabaya

Saya sangat antusias ketika diajak susur kampung Putat Jaya - Dolly, Surabaya yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila  bersama pendidik Pancasila Jawa Timur.  
 Apalagi yang Saya susuri bukan kampung biasa. Kampung Putat Jaya- Dolly, yang dahulu kala, perkembangan rumah wismanya bagai jamur di musim hujan.  Kampung ini merupakan salah satu kampung lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, dulunya. Namun sejak 2014,  ditutup, tak boleh melakukan prostitusi lagi.


Bagaimana nasib para penghuni dahulu ketika kampungnya ditutup? Inilah yang menarik perhatian Saya. Mereka yang dulunya "Urip penak kepenak bergelimang harta, dan mudah mendapatkan rejeki." Tiba-tiba harus berbalik arah mencari pekerjaan yang halal,  tentunya pemasukannya jauh berbeda dari yang dulu.

Mengelilingi kampung selama hampir setengah hari membuat mataku terbuka. Dolly yang sekarang bukanlah yang dulu lagi.  Walau masih ada sisa-sisa rumah karaoke, wisma dengan desain khas aquariumnya, namun Dolly sekarang telah menjadi kampung kreatif UMKM.
Usaha konveksi di kampung eks lokalisasi Dolly

 Penghuni kampung Putat Jaya sekarang penghasilannya dari Usaha  Kecil Menengah. Ada usaha membatik, pangan, konveksi dan lain-lain. Ketika susur kampung, Saya dan para pendidik, membaur dengan masyarakat kampung tanpa membedakan latar belakang profesi dan strata sosial. 

Ada beberapa tujuan yang  disinggahi,  diantaranya: Rumah Batik Putat Jaya, Rumah Produksi Pangan dan Pesantren Jauharatul Hikmah (JeHa), Dolly Saiki Point (pusat oleh-oleh)

Bertemu Pembatik Eks Penghuni Lokalisasi Putat Jaya - Dolly


Pembatik eks Lokalisasi Dolly

Tujuan pertama susur kampung pendidik Pancasila, ke rumah Batik Putat Jaya-Dolly. Di sini para peserta belajar membatik dan bisa membeli aneka batik hasil karya eks penghuni lokalisasi. Ada beberapa hasil karya dari tangan mereka.

Saat di rumah batik, pandangan Saya tak lepas dari seorang ibu paruh baya,berkaca mata sedang duduk di bangku kecil, dan asyik mengguratkan canting pada sebuah kain panjang. Meniupkan canting kemudian membuat bulatan - bulatan dengan canting berisi malam ke kain panjang tersebut.  Raut wajah Ibu, menyisakan kecantikan di masa lalunya. Hidungnya mancung, alis matanya segaris, hampir habis tak berambut, seperti bekas dicabut bulu alisnya. Saya pun duduk memperhatikan cara beliau membatik dan mengajaknya berbincang.

Ternyata dulunya Ibu ini  kupu-kupu malam namun sekarang sudah bertobat. Jadi sebelum lokalisasi di daerahnya ditutup, beliau mengikuti pelatihan membatik yang diselenggarakan oleh PEMKOT. Dari hasil pelatihan inilah, beliau akhirnya memulai hidup barunya. Dia yang dulu keluar malam sekarang tangannya sangat terampil membuat selendang atau kain batik tulis dan jumputan untuk mencukupi kebutuhan hariannya.

Dalam sebulan,  beliau  bisa menghasilkan sekitar 2-3 kain batik tulis. Beda lagi kalau Beliau membuat kain batik dengan motif jumputan atau cap. Harga kain batik tulis dan cap pun berbeda. Hasil batikannya ini dititipkan di rumah Batik Putat Jaya. Harga kain batik tulis yang dibuatnya antara Rp 200.000 - Rp 1.000.000.
Tergantung dari jenis kain yang dibatik.Kalau batik sutra dan dibatik dengan tangan, harganya akan lebih mahal.Karena pembuatannya butuh waktu sekitar 2 minggu hingga sebulan. Tergantung motif yang diminta.

Saya penasaran dengan kehidupannya ketika pertama kali lokalisasi ditutup.Teryata penghasilannya langsung drop jauh, namun beliau tak punya pilihan lain. Seakan ingin kembali lagi ke masa lalunya jika sudah berurusan dengan uang. Tapi hidupnya yang dulu walau bergelimang harta tak tenang dan tentram.

 Hidup dengan penghasilan yang sekarang membuatnya lebih tenteram. Satu kalimat yang membuat Saya berdecak kagum dengan beliau, " Urip kari pirang tahun Mbak, mosok diisi maksiat terus. Tobat Mbak, sakno anak-anakku. Ojok sampai hidup anakku melok koyok aku" (Jangan sampai hidup anakku seperti aku) Lirih beliau berkata sambil tersenyum.

 Karena sering mengikuti pengajian di pondok pesantren di daerah Putat Jaya. Akhirnya beliau sadar kemudian bertobat dan bangkit. Bahwa hidup dengan hasil halal lebih meneteramkan jiwanya.

Alhamdulillah dengan pekerjaannya yang halal sekarang, beliau  bisa menyekolahkan ketiga anaknya hingga jenjang SMA. Sekarang, dirinya merasa menjadi manusia seutuhnya. Tak digunjingkan dan tak diasingkan karena masa lalunya. Pembeli batik, tak melihat latar belakang profesi masa lalunya. Bahkan banyak yang menghargai perjuangan beliau.  
Hasil batikannya selain dititipkan di Rumah Batik, juga dibawa ke arisan Ibu-Ibu namun sekarang sudah ada pendampingan untuk memasarkan hasil karyanya lewat online. Jadi lumayanlah buat menutupi semua kebutuhan.

Dengan usaha batiknya ini, beliau merasa diuwongke alias merasa dimanusiakan. Dengan jiwa gotong royong dan kekeluargaan,  bekas penghuni eks lokalisasi, penggerak kampung maupun komunitas saling membantu dalam hal penjualan dan pemasaran.
Beliau yang dulu sudah beda dengan sekarang, demikian juga kampung Putat Jaya yang dulu, Sekarang sudah beda jauh.

Rumah Batik Putat Jaya - Dolly Surabaya

Rumah batik ini terletak di Jalan Putat Jaya Gang VIII B no 31 Surabaya. Rumah Batik, sebelum dibeli Pemkot merupakan rumah wisma prostitusi. Di daerah Putat Jaya - Dolly, penghuninya sekelas VIP beda yang tinggal di Gang Njarak, sekelas VVIP. Kini Putat Jaya - Dolly sudah bertransformasi, dari temmpat prostitusi menjadi kampung kreatif UKM Surabaya.

Setelah diambil alih oleh Pemkot, rumah ini dirombak sedikit dan dijadikan sebagai pusat pelatihan membatik keluarahan Putat Jaya. Bagi warga yang ingin mengikuti pelatihan tak dipungut biaya alias gratis. Di rumah batik ini warga yang mengikuti pelatihan membatik akan didampingi dan diajari membatik sampai bisa. Jenis batik yang diajarkan cap, tulis dan jumputan.

Siapa saja boleh mengikuti pelatihan batik tanpa memandang latar belakang. Harapan didirikannya rumah batik ini, warga sekitar eks lokalisasi bisa menjadi pengusaha batik mandiri.
Seiring berjalannya waktu, peminat belajar batik semakin meningkat bahkan dari luar warga eks lokalisasi. Akhirnya dibuka sebagai destinasi wisata sentra UKM eks lokalisasi Dolly, untuk umum. Tamu bisa belajar membatik dan melihat prosesnya,dari menggambar dengan malam, mewarna dan melorot. Kami pun kemarin diberi kesempatan untuk membatik. Ternyata butuh kesabaran ya, saat canting berisi malam panas digoreskan ke kain agar tak mblobor atau coret moret.

 Sekarang, rumah Batik juga menampung hasil karya warga sekitar eks lokalisasi dan memasarkannya. Cara memasarkan lewat bazar, online, dibawa ke pertemuan keluarga atau arisan.
Motif batik Surabaya di Rumah Batik, eks lokalisasi Dolly

 Motif  batik di sini mempunyai ciri khas sendiri seperti gambar semanggi, daun jarak, kupu-kupu dan lambang kota Surabaya Suro dan Boyo.
Outer jumputan hasil karya eks penghuni Dolly
Outer Jumputan Hasil karya eks penghuni lokalisasi Dolly

Semoga batik karya penghuni eks lokalisasi gang Dolly di Surabaya ini akan semakin maju. Dan jangan sampai patah di tengah jalan, dengan adanya pendampingan dari penggiat kampung dan usaha  dari aparat desa untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan akan berhasil. Semoga pelangi indah akan bersinar di eks lokalisasi Dolly. Saling hidup menghidupi dan juang berjuang meningkatkan ekonomi mereka. 

Harapannya dengan susur kampung dengan pendidik pancasila kali ini, kita bisa mengaplikasikan dan menanamkan nilai-nilai pancasila yaitu gotong royong dan saling menghormati kepada generasi milineal sekarang, melalui tulisan di Internet maupun Youtube.

1 comment:

  1. widih mantap ini. yang awalnya tempat lokalisasi jadi sangat bermanfaat sekali

    ReplyDelete