Mendidik Anak Remaja Jaman Now

Diapit dua jagoan gantengku. Afif dan Lantip
Usia remaja itu usia nanggung, bukan anak lagi tapi juga belum cukup umur bila dikatakan dewasa. Biasanya masa remaja merupakan masa peralihan dan mencari jati diri. Saat inilah mulai tampak jiwa memberontak, pengin diakui keberadaanya . Inilah tantangan bagiku sebagai orang tua.Kebetulan dua anakku laki-laki semua.  Orang tua harus pintar  dan bukan hanya sekedar teori mendidik anak di jaman now, tapi juga memberi teladan.


Sebagai seorang Ibu, Saya merasa masih kurang sempurna mendidik kedua anakku seperti di teori parenting. Mau menulis ini, Saya juga mikir beberapa kali. Dalam hati masih punya rasa, saya masih proses belajar mendidik anak-anakku. Keluarga ku pun biasa saja masih ada kekurangannya. Apalagi kalau mengacu ajaran Rasulullah dalam mendidik anak-anak. Duuuh aku malu, dan masih merasa jauh dari sempurna.

Tapi nggak papalah ya, berbagi sedikit pengalaman dalam mendidik anak jaman now walau tak sempurna dan masih proses belajar, siapa tahu pembaca bisa memetik hikmah yang saya bagikan. Yang jelek ditinggalkan, yang baik diambil gitu aja sih prinsip Saya. Begitu juga dalam pergaulan, Saya  bebaskan mereka bergaul dengan siapa saja. 

Saya ingat satu kutipan saat mengikuti parenting di sekolah 

" Mendidik anak itu bagai merajut. Kalau salah ngitung dan jahit jadi jelek. Kalau nggak pas pun akan jadi tambah buruk. Rajutlah dengan benang yang baik agar indah dan jadi kebanggaanmu nanti. "

Pola asuh anak seperti inilah yang terngiang selama ini, dan selalu tarik ulur mengasuh anak-anak bagai benang layangan.

4 Tips Mendidik  Anak Remaja Jaman Now

1. Jadilah Teman Dan Pendengar Yang Baik

Dalam bergaul,  Saya ajarkan dari kecil bahwa bergaullah dengan siapa saja dan hormatilah orang yang lebih tua. Dalam pergaulan ini kadang masa pubertas mengalami gesekan atau salah paham dengan temannya. Kalau mempunyai masalah sekecil apa pun, sebisa mungkin anak-anak bercerita ke Saya dulu bukan dengan orang lain. Ritual tiap hari sepulang sekolah selalu Saya tanya, Apa saja kegiatan hari Ini ? Ada cerita seru apa? 
Nah ketika mereka bercerita, Saya menyediakan telinga sebagai pendengar yang baik tanpa menyela dulu. Ketika mereka mempunyai masalah dengan teman atau tak sepaham dengan aturan yang diberikan Guru, Saya dengarkan. Saya tanya detil kronologinya, dan tanya bagaimana Dia menyelesaikannya. 

Ketika bercerita, pasti terlihat ekspresi menahan marahnya. Sambil Saya peluk dan elus punggung untuk menenangkan bahkan terkadang sambil memijit punggung, Saya dengarkan saja. Biar keluar semua emosinya. Bila tindakannya benar maka akan Saya katakan benar tapi kalau tindakan anak Saya salah, maka Saya ajarkan untuk legowo meminta maaf pada temannya.

Beruntunglah Saya, kedua anakku menganggap Simboknya ini sebagai partner. Dari mengajak jalan ke mall, nonton film, atau sekedar mendengarkan lagu-lagu di TV Frambors, ikuti saja kemauannya asal tidak menyalahi norma yang ada.

Ketika bergaul di cafe atau di mana pun Saya bolehkan. Asal tahu waktu. Kami punya kesepakatan, kemana pun jalan dengan teman harus pulang sebelum pukul 10 malam. Kalau mau menginap misalnya mengerjakan project kudu pamitan dan jelas di mana rumah temannya. Dan satu lagi harus "JUJUR"

2.Mendidik Bertanggung Jawab

Mengajarkan bertanggung jawab dari hal kecil dulu. Habis makan cuci piring sendiri. Sesudah mandi, menaruh handuk di tempatya kembali. Harapan Saya, sebagai anak laki-laki kalian akan menjadi tulang punggung keluarga dan nantinya akan bertanggung jawab terhadap anak dan istrinya. 

Selain itu Saya juga ajarkan memasak yang sederhana, bahkan mencuci celana dalam dan kaos kaki sendiri. Kenapa Saya tega ? Harapan Saya jika mereka sudah berkeluarga, dan mempunyai istri mereka akan membantu istrinya mencuci dan memasak. Jadi urusan rumah tangga bukan hanya dikerjakan istri, Tapi saling membantu dan meringankan tugas rumah tangga.

Melatih tanggung jawab begini gampang susah. Kalau mereka lagi mood, mau menyapu dan mengepel atau mencuci kaos kaki sendiri. Terutama hari Sabtu dan Minggu ya. Kalau hari kerja kadang masih Saya bebaskan. 

Saya bisa dikatakan Ibu tega. Ketika mereka tidak mau mencuci kaos kaki dan celana dalam, ya wis saya biarkan saja sampai mereka bergerak. Mau cucian numpuk segunung kudu "merem".
Kalau kehabisan, akhirnya mereka mau mencuci walau sambil ngomel.

Saat ngomel, dengerin aja. Dan sikapi dengan cara guyon, lah kan bagus tho Le, pemandangan e . Bukan pegunungan yang hijau tapi gunungan cucian. Akhirnya mereka nggak jadi ngomel. Bantu ala kadarnya saja, pas membilas. Walau punya mesin cuci, urusan mencuci kaos kaki dan kadang celana dalam. Mereka sendiri yang kerjakan.

3. Menghormati Privasi Anak

Jaman millenial begini, anak sudah Saya berikan gadget dan laptop sendiri. Mereka pasti ada hal tertentu yang tak mau diganggu. Contohnya tak mau dilihat isi gadgetnya. Saya hargai keputusan mereka dengan satu syarat, jujur apa adanya untuk apa saja gadget itu. Dan satu pesan lagi jangan menodai kepercayaan Mama Papa.  Alhamdulillah selama ini mereka tak neko-neko.

Palingan gadget untuk ngegame, kalau untuk nonton film yang kissing sedikit bolehlah. Nantinya kita diskusi, mereka sudah tahu kok itu hanya adegan film. Terbuka dan sabar saat menghadapi hal-hal seperti ini. 

Dari SD sudah Saya pancing, dengan pertanyaan. Kalau Papa mencium Mama boleh kan? Kalau Adik dan Mas mencium cewek yang bukan muhrim boleh nggak? Mereka hanya tertawa malu sambil bilang belum boleh . entah nanti kalau sudah seperti Mama Papa.Wkwkwkwkwk. 
Alhamdulillah mereka berdua sampai sekarang selalu cerita bila sedang dekat atau didekati wanita.

4. Menanamkan Akhlak Mulia Sejak Dini Dan Memberi Teladan Baik

Untuk urusan akhlak Bapaknya paling tegas, terutama menyangkut sholat 5 waktu. Setiap Adzan dan sholat Jumat diingatkan untuk sholat dan diajak berjamaah.  Selain itu juga mencontohkan perbuatan baik. Misalnya setiap Jumat disuruh membawa Infak saat ke Masjid. Diajak menyumbang dan menengok bila ada teman yang sakit. 

Berikan contoh nyata, bukan hanya menuntut tapi nggak memberi contoh. Mereka nantinya hanya akan mengira kita OMDO. Omong doang gampang Ma...
Ahahaha... itu Saya lho ya. 
Ikuti saja arusnya tapi jangan terbawa arus. Ada saat menepi. berbuat baik dimana pun dan kapan pun tanamkan saja terus. Nanti mereka anak bisa memilah sendiri, mana yang baik dan buruk. Sing penting jadilah contoh baik alias teladan baik. 

Yah segini dulu ya sharing seupritku mendidik anak remaja jaman now. Ngeli tapi ora keli. Ikuti arus tapi jangan sampai terbawa derasnya arus. Menepilah sejenak buat merenung.

4 comments:

  1. membiarkan anak mencuci kaos kakinya sendiri benernya tega nggak tega sih ya mbak, tapi tega ini insya Allah berbuah manis nantinya.

    Kakak adekku gitu juga, kok ya pas hamil nggak bisa kena bau bawang. Yasud, suaminya lah yang masak selama 9 bulan hahaha

    ReplyDelete
  2. Masha Allah, anaknya udah pada gede dan ganteng-ganteng ya Mbak Tatit :D

    Btw, mengasuh anak jangan kayak merajut dong Mbak, boleh ditawar nggak?
    Soalnya saya nggak bisa merajut, kalau kayak merajut, waduuhhh dijamin pasti gagal total hahaha.

    Kalau saya mengibaratkan kayak layangan Mbak, ada saatnya narik, ada saatnya lepas. Nah timingnya ini yang sedang berusaha banget saya cari dan amati biar tepat :D

    Btw, kalau untuk beberapa item, misal bertanggung jawab, untuk saat ini si kakak masih dalam tahap kepo, jadi dia bahkan yang ngotot mau bantuin saya.
    Saya nyuci, dia minta diajarin, sampai sekarang menjemur itu udah jadi tugasnya,masha Allah.

    Nah untuk privacy nih Mbak, saya masih kudu berjuang merelakan.
    Bahkan si kakak tiap pagi browsing, saya suka kepo liat historinya hahaha.

    Memang kudu di komunikasikan ya, mana batasannya, sehingga anak tahu batasan kalau mau dipercaya.

    Saat ini memang si kakak belum kami kasih gadget, dia sekolah pakai laptop saya, kegiatan iseng dia ya cuman suka googling mulu, semuaaaa hal di googling, abis itu dia nanya saya buat ngecek jawaban siapa yang paling tepat hahaha :D

    ReplyDelete
  3. Oke, noted tentang merajut saat aplikasikan teori parenting.

    Sebenarnya, saya setujunya ttg menjadi teman bercerita anak itu, bukan hanya ketika si anak sudah dewasa. Tapi semenjak mereka anak-anak. Karena kebiasaan bercerita ini, dimulai dari kemampuan orang tua untuk mendengarkan sejak si anak masih kecil.

    ReplyDelete
  4. mendidik anak seperti merajut. duh makdeg. karena bukan perkara mudah. tapi sesuatu yang tetap bisa dilakukan asal ada kemauan. mumpung anakku masih belum beranjak remaja, masih ada kesempatan menerapkan ilmu dari mbak tatit. kebetulan sama-sama cowok anaknya. izinkan aku mengadopsi pola asuh dan pola didik keluarga mbak tatit untuk aku terapkan ke keluarga kecilku.

    ReplyDelete