Senja Dalam Gelapnya Mendung

 

Mendung di Sore

Awal September mulai mendung menggayut, pagi cerah, sore hujan,Sepertinya iklim mulai berubah, kalau dulu pelajaran Geografi musim hujan antara Oktober- april, nyatanya sekarang September sudah mulai hujan. Guyon parikeno September Sat e sumber sudah tak berlaku.

Bagi sebagian orang mendung dan hujan bisa menciptakan kata romantis dan kerinduan. Namun bagiku mendung dan hujan terasa luka, karena kudu melihat apakah atap ada bocor ? Bahkan hujan deres berarti kudu siapkan ember buat menampung tetesan hujan di bagian dapur. :)

Hujan terkadang harapan bagi suburnya tanamanku, keladi mulai bermunculan daunnya . Setelah beberapa saat gundul menyisakan umbi di dalam tanah.

Melihat mendung mengingatkanku wajah orang-orang yang terkena dampak pandemi. PHK dimana-mana padahal masih menyisakan cicilan dan uang buat anak istrinya. Melihat wajah mereka yang terdampak pandemi, membuatku bersyukur. Yang tadinya banyak mengeluh dan over thinking , merasa masih kurang dengan segala kebutuhan. Tak layak kiranya aku mengeluh ketika melihat wajah penuh mendung orang  terdampak pandemi.

Menuliskan mendung juga membuat telingaku terngiang-ngiang laguya NdarBoy Genk seliweran di timelines Reel IG . Lagu hits akhir-akhir ini, selalu trending di Youtube. Di Tiktok atau Reel selalu diikuti gerakan goyangan khasnya. Makna dari lagu ini seperti harapan  pasangan muda - mudi selepas menikah nanti. Ketika sudah menikah harapannya akan selalu bersama, suami baca koran dan istri belanja dasteran. Hidup sederana dan bahagia, tanpa ada yang belok kiri kanan. Kalau pun salah satu pasangan ketahuan belok kiri atau kanan maka memuuskan untuk berpisah.

Duh urip iku tak semudah lagu diputar, harapan tinggalharapan pada kenyataannya kehidupan rumah tangga ku jauh dari lagu tersebut.

Lagu tercipta karena jauhnya harapan tak sesuai realita. Dan cukup lah sebagaihiburan layaknya Drama Korea.


Ada beberapa hal dalam kehidupan pernikahanku tak sesuai dengan lagu Mendung Tanpo Udan. Persamaannya hanya hidupku tetap sederhana. Tapi untuk belanja dasteran, "Big No" . Ajaran dari Ibu, sebagai perempuan yang sudah menikah, bangun tidur segera mandi, Sholat dan tetap dandan walau di dalam rumah bila perlu tetap wangi. Dasteran bolehlah ketika mau tidur,kalau keluar kudu gati baju yang pantes.

Ketika berumah tangga ada beberapa perbedaan pendapat dan konflik kecil merupakan bumbu yang asyik ketika diselesaikan dengan kepala dingin, dengan berpisah untuk merenung walau akhirnya akan kembali hangat ketika diselesaikan dengan pelukan dan sentuhan penuh rasa sayang. 

Menatap mendung tanpa hujan di senja sore hari, meghangatkan hatiku karena ada anak di sampingku. Akankah Aku menua bersama  denganmu ? Akanka aku bahagia dengan anak-anak dan cucuku kelak ? Akan sampaikah usiaku menikmati senja, tanpa mendung dan iringan hujan ? Semua hanya rahasia Illahi. 

Aku hanya bisa berandai-andai dan menyelipkan doa, semoga akan menemukan kebahagiaan sesuai lagu mendung tanpo Udan.

No comments:

Post a Comment