27 Tahun Pernikahan Mendewasakanku

27 Tahun Pernikahan

Juli merupakan bulan yang selalu Saya ingat. Karena di bulan Juli kami mengikat janji suci di depan penghulu 27 tahun yang lalu. Ijab kabul di rumah Ibuk, dengan wali almarhum Bapak.

Namun di bulan Juli pula Saya menyimpan duka 2 tahun yang lalu.Tepatnya tanggal 6 Juli 2020, Ibu mertua meninggalkan kami. Tepat di depanku dan Ira (Adik suami).

Maka bulan Juli serasa special bagiku. Selain ada suka namun juga dukaku.Sampai ke 27 tahun, alhamdulillah dan salah satu berkah. Inginnya hingga mencapai perkawinan emas atau 50 tahun, kami masih bisa menikmati kebrsamaan dalam sehat dan nyaman serta dilingkupi kebahagiaan.

Menapaki 27 tahun perkawinan, Suami serasa teman. Istilahe ambu keringet e seko adoh aja wis apal. Bahkan bila ganti parfum hehehe. Tak ada kesempurnaan dalam pernikahanku, yang ada adalah niat untuk terus belajar memperbaiki diri menuju lebih baik dan selalu melibatkan Allah dalam aktivitas kami.

Tangis dan tawa mewarnai perjalanan, namun yang selaku diingat banyak nikmatnya daripada dukanya. Dengan selalu mengingat kebahagiaan dan ketenangan membuatku selalu maju. Jika mengingat pertengkaran kecil, Saya anggap pembelajaran dalam proses menuju kedewasaan.

Pernikahan merupakan kompromi dan konsisten dalam pertumbuhan hidup bersama. Saling mengingatkan, saling mengalah namun bukan untuk menrendahkan.Ngalah bukan berarti kalah. Ngalah dalam arti menuju kompromi demi pencapaian kenyamanan.

Ada saling mendukung bukan menikung, ada toleransi ketika salah satu dari kami butuh "me time".Walau terkadang masih ada bantingan pintu atau pagar untuk melepaskan emosi, dan terkadang ada tangisan di atas sajadah karena bahagia atau pelampiasan emosiku. Namun ada satu titik, bahwa kami masih saling sayang, masih saling membutuhkan  satu sama lain.

Perkawinan kami bukan hanya untuk menghasilkan anak, namun perkawinan adalah penyatuan dua kepala dengan ego masing - masing serta penyatuan 2 keluarga besar . Butuh waktu untuk bisa menertawakan kekonyolan atau kebodohanku ketika kami saling diam tak s menyapa atau hanya saling mencela.Dan semua itu kuncinya ternyata adalah "Sabar dan saling menerima serta tak gengsi untuk minta maaf duluan bila ada yang melakukan kesalahan."

Perkawinan kami masih jauh dari sempurna, namun tak akan pudar untuk saling belajar perbaiki bahtera ini. Kami sudah dikaruniai 2 anak lelaki tangguh dan ganteng. Sepantasnya bila tingkah laku kami bedua jadi contoh untuk kedua lelaki hebatku.Kalian bertiga adalah penyemourna dan pelengkap kekuranganku.

Di 27 tahun pernikahan ini, aku hanya ingin bersyukur dan mengucapkan terima kasih, Allah sudah memberikan kami kenikmatan tiada terkira. Diberi amanah dua lelaki hebat menuju dewasa. Kedua lelaki hebatku sekarang baru belajar menapaki arah mandiri. Dan sebagai seorang Ibu tak pernah lupa daku selalu mengingatkan jika mereka agak belok. Sebagai istri terkadang masih cerewet namun dibalik cerewetku demi kebaikan anakku.

Terima kasih Tuhan, sekali lagi Saya bersyukur atas pencapaian 27 tahun ini. Semoga kami tetap kompak dan saling melengkapi. Rambut kami berdua sudah berubah dua warna, sebagai penanda bahwa kami jangan terlalu lelap akan silaunya dunia. Namun mulai memikirkan bekal akhirat dan semoga selalu bisa berbuat baik, bermanfaatt buat sesama. Semoga kami masih bisa menikmati kebersamaan hingga menua nanti.




No comments:

Post a Comment