3 Hal Yang Membuat Belanjaan Saya Lebih Besar Pasak Daripada Tiang

 


Sebagai wanita, Saya dasarnya doyan belanja, Baik belanja online maupun off line. Kalau lagi belanja , milihnya lama tapi yang didapat hanya beberapa biji. Eh tapi seringnya belanja di atas budget lah ya. Ketika buka shopee, maksud hati hanya sekedar melihat-lihat lalu masukkan keranjang, eh nggak tahunya kebablasan check out. Akibatnya lebih besar pasak daripada tiang.

Baru-baru ini, list yang masuk keranjang sebagian tanaman, produk hand body, dan cemilan frozen. Beli cemilan frozen dengan dalih untuk dijual kembali.  Sering check out di awal bulan, pas tengah bulan baru ngaplo . Kemana duit ini kok tahu- tahu sudah menipis saja isi dompetnya.

 Baca : Hal membuatku bahagia

Beberapa faktor yang membuat belanjaan lebih besar pasak daripada tiang adalah :


1. Mudah tergoda dengan trend di pasar

Sekarang baru musim pandemi, beberapa orang kembali menekuni hobi berkebun. Saya juga masuk ombaknya tandur-tandur . Awalnya hanya merawat tanaman yang sudah ada di rumah seperti bunga krokot, keladi tisu dan keladi katak serta alcasia longiloba.

Tapi mata mulai ijo melihat postingan di Instagram maupun sering lihat iklan tanaman keladi berseliweran di beranda . Eh yang kepincut juga. Awalnya hanya beli bonggol dirawat sampai tumbuh. Keinginan Saya setelah tumbuh besar akan dijual kembali.

Dasar nggak sabaran, keladi baru bertunas. eh sudah masukka daftar list  keladi lain ke dalam keranjang. Begitu dapat uang belanja, langsung check out. Masih ditambah check out frozen food dan daster. Nah lho, nanti kalau uang belanja tinggal separo baru mbingungi.

2. Tergiur Dengan Barang Cicilan

Bagi Saya, membeli barang dengan cara cicilan terasa ringan. Padahal kalau dihitung secara teliti justru belanja barang secara cash lebih ringan jika Saya disiplin menyisihkan uang belanja. Cicilan barag yang menggiurkan bagi Saya contohnya cicilan motor, atau HP.

Apalagi sekarang ini mau ambil HP secara kredit bisa tanpa DP asal punya kartu kredit. Nah inilah terkadang bikin jebol kantong di awal bulan. Uang transferan dari suami tahu-tahu  kepotong buat cicilan motor atau HP. Efeknya jatah belanja harian akan terpotong . Tapi Saya tak menyadarinya  di awal. Pokok e iso nggaya dan Motor anyar. wkwkwkwkwk... Ojok ditiru Rek.

Alhamdulillah tahun kemarin sudah terlepas dari cicilan HP atau motor. Eh sekarang hampir tergoda nyicil antam. Untung masih bisa ngerem saat ingat tahun ini kudu biayai anak kuliah.

3. Tidak Pernah Menabung

Kelemahan Saya kalau sudah tergiur barang cicilan, dengan dalih kapan lagi bisa beli barang baru. Dengan nyicil dipaksa menyisihkan uang tapi wujud barang. Padahal barang ada nilai turun ketika dijual kembali. Kalau rajin menabung bisa untuk dana darurat atau keperluan lain. Yah begitulah ngikutin ombyake gaya hidup lupa dengan jumlah penghasilan. 

Kadang teori menabung sehari  Rp 10.000, 00. Tak berlaku ketika menuruti hawa nafsu belanjaku. Alasan belanja biasanya karena galau, padahal hati galau sebaiknya perbanyak istighfar dan  baca Alquran. Hati galau mengobatinya dengan belanja nuruti keinginan akhirnya mawut kabeh. Besar pasak daripada tiang. 

Secara teori,besar pasak daripada tiang ketika belanja itu bisa diatasi dengan cara : Rem keinginanmu tapi igatlah kebutuhanmu.
Selain itu mengatasinya bisa dengan membuat catatan rencana belanja, sisihkan budget sekian rupiah untuk sebulan jangan sampai melewati budget, ganti gaya hidup misalnya suka nongkrong di warkop seminggu 3 kali. Budget nongkrong di warkop bisa dibuat beli kopi dan buat saja sendiri di rumah sambil bercengkerama dengan anak atau pasangan.

Jangan lupa selalu buat catatan pemasukan dan pengeluaran agar tak boros di bulan berikutnya.  Usahakan tak tergiur beli barang dengan cara cicilan, tapi menabunglah sesuai budget untuk cicilan barang agar  dapat harga lebih murah.

Nah teman-teman, jangan sampai melakukan 3 hal seperti yang pernah Saya lakukan . Gara-gara belanjaan, ekonominya jadi besar pasak daripada tiang. Semoga  Saya pun tak tergiur dengan belanja hanya nuruti keinginan tanpa melihat kebutuhan.


No comments:

Post a Comment